17 Juli 2006, Mengenang Tsunami Pangandaran

infopriangan.com, BERITA PANGANDARAN. Mengenang bencana Tsunami tahun 2006 yang mengguncang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat tepatnya pada, Senin 17 Juli 2006 silam.

Peristiwa gempa bumi dan tsunami Pangandaran itu berkekuatan 6,8 skala Richter dengan pusat gempa berada di Samudra Hindia.

IMG-20240923-WA0094
IMG-20240923-WA0094

Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pangandaran Kusnadi mengatakan, pada saat terjadi bencana gempa bumi dan tsunami itu, dia sedang bertugas di pos masuk taman wisata dan cagar alam Pangandaran tepatnya di pantai Barat.

“Kebetulan saya bersama rekan-rekan sedang berada di dalam ruangan. Kemudian rekan saya melihat ombak di laut sangat surut, tidak lama kemudian ombak tersebut naik lagi sampai jalan raya,” kata Kusnadi di taman wisata dan cagar alam Pangandaran.

Selanjutnya, kata Kusnadi bahwa ombak itu surut kembali, dia mengira hanya surut biasa, ternyata ombak balik lagi dengan gelombang tinggi.

“Kan saya berada di dalam ruangan, saat air laut sudah masuk setinggi dada, rekan saya memecahkan kaca karena pintu susah dibuka akhirnya saya lari ke bukit tinggi karena dekat dengan pos tersebut,” tambah Kusnadi.

Kusnadi menambahkan, meskipun berhasil lari keluar dari ruangan, rekannya yang memecahkan kaca tersebut telinga luka (robek) akibat pecahan kaca.

“Alhamdulillah waktu itu berhasil bisa keluar dari ruangan tersebut. Ketika saya berada di bukit, saya melihat ombak dari pantai Barat dengan pantai Timur beradu, artinya ombak sangat besar,” katanya.

Dia melanjutkan, saat ombak dari pantai Barat dengan pantai Timur beradu dia melihat banyak tumpukan kaso-kaso bangunan dan kapal-kapal pecah.

“Kalau secara langsung melihat korban terbawa ombak tersebut saya tidak melihat satu pun, hanya melihat bangunan-bangunan saja yang tergulung ombak. Ketika ombak surut kembali, dia melihat ikan berserakan di pinggir pantai. Waktu itu selama 3 hari saya menangis ingat dengan keluarga di rumah,” tambahnya.

Kemudian, setelah keadaan normal tidak ada tsunami susulan, dia mencari anak-anak dan istrinya. Ternyata menurut informasi mereka sudah pada ada di salah satu hotel di Pangandaran untuk mengamankan diri.

“Iya, Alhamdulillah ada informasi bahwa anak dan istri saya sudah mengungsi di salah satu hotel. Selanjutnya berhubung dengan ada informasi akan tsunami susulan, pada saat itu listrik mati, saya langsung mengungsi ke Desa Purbahayu yang dataran tinggi, sebelum menjemput istri dan anak, saya ke rumah dulu mengambil barang-barang penting. Jadi orang lain itu ada yang membawa Tv bawa apa lah saking paniknya,” katanya.

Menurut informasi, korban meninggal dunia akibat tsunami itu sekira ada 40 orang khusus di Pangandaran.

Sementara itu, untuk di taman wisata dan cagar alam Pangandaran sendiri tidak ada hewan-hewan yang mati akibat tsunami itu.

“Karena saya tahu bahwa hewan lebih tau, mereka pada naik ke bukit-bukit tinggi yang ada di taman wisata dan cagar alam Pangandaran, paling kalau tetumbuhan banyak yang layu,” katanya.

BACA JUGA: Pipa Induk Bocor Dirut PDAM Minta Maaf

Selanjutnya, taman wisata dan cagar alam membutuhkan waktu 2 tahun untuk normal kembali meskipun secara berlahan.

“Karena orang-orang pasti masih trauma sebagian. Harapannya, semoga tidak terjadi peristiwa itu lagi. Kejadian tersebut merupakan bencana Tsunami Pangandaran yang pertama kali dan jangan ada lagi yang kedua kalinya. Mungkin itu merupakan teguran dari yang pencipta, mari kita bersihkan Pangandaran dari segala bentuk yang sifatnya negatif,” ujarnya. (Iwan Mulyadi/IP)

Bagikan dengan :
IMG-20240923-WA0094
IMG-20240923-WA0094
IMG-20240923-WA0094
IMG-20240923-WA0094
previous arrow
next arrow

Tinggalkan Balasan

error: Konten terlindungi. Anda tidak diizinkan untuk menyalin berita infopriangan