Adventorial

infopriangan.com, ADVERTORIAL. Karangkamulyan menjadi salah satu cagar budaya yang ada di Kabupaten Ciamis, banyak masyarakat yang menyebutkan bahwa keberadaan Karangkamulyan sudah ada sejak tahun 1700 yang merupakan situs dari masa Hindu-Budha.

Kawasan yang luasnya kurang lebih 25 Ha ini menyimpan berbagai benda-benda yang diduga mengandung sejarah tentang kerajaan Galuh yang sebagian besar berbentuk batu.

IMG-20240923-WA0094
IMG-20240923-WA0094

Kawasan Wisata Karangkamulyan merupakan objek wisata yang terletak di Desa Karangkamulyan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Saat ini Kawasan Wisata Karangkamulyan dikelola oleh Dinas Pariwisata, Kabupaten Ciamis, dan untuk kepemilikan kawasan tersebut ialah Pemerintah Desa Karangkamulyan.

Kawasan ini berada di daerah kawasan strategis karena kawasan ini terletak di jalur selatan Pulau Jawa yang merupakan jalur tujuan wisata Jawa Tengah ataupun tujuan wisata Kabupaten Pangandaran.

Melansir halaman Situs Dispar Kabupaten Ciamis, di dalam Situs Karangkamulyan terdapat sembilan peninggalan arkelogi, yaitu Batu Pangcalikan, Panyabungan Hayam,
Sanghyang Bedil, Lambang Peribadatan, Cikahuripan, Panyadaan, Pamangkonan,
Makam Adipati Panaekan, dan tumpukan Batu Sri Begawat Pohaci.

Menurut penyelidikan tim Arkeologi dari Balar yang dipimpin oleh Dr. Tony Jubiantoro Tahun 1997, Situs Karangkamulyan merupakan peninggalan Zaman Kerajaan Galuh
yang pertama.

Ditempat ini pernah ada kehidupan mulai abad ke sembilan. Hal ini disimpulkan karena dalam penggalian ditemukan adanya keramik dari zaman Dinasti Ming. Hal inilah
yang membutikan bahwa Karangkamulyan bisa dijadikan sebuah Cagar Budaya yang dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat mengenai Kerajaan Galuh.

Perjalanan Kerajaan Galuh tidak bisa dilepaskan dari cerita perjuangan Ciung Wanara yang begitu melegenda.

Kisahnya menggambarkan hubungan budaya antara orang Sunda di Pulau Jawa yang tinggal di bagian barat dan Jawa Tengah. Saking melegendanya nama Ciung Wanara, Pahlawan Nasional Indonesia dari Bali, I Gusti Ngurah Rai menamai pasukannya dengan nama Ciung Wanara dalam pertempuran
Puputan Margarana melawan Kolonial Belanda.

Cerita Ciung Wanara sudah sangat terkenal di Nusantara tidak hanya di Jawa Barat.

Menurut Budayawan Ciamis Aip Syarifudin, Ciung Wanara tidak hanya cerita, melainkan bagian dari Sejarah Kerajaan Galuh.

Situs Karagkamulyan juga tidak lepas dari Tradisi Ngikis yakni kegiatan mengganti pagar bambu di Situs Pangcalikan.

Situs tersebut konon merupakan singgasana peninggalan
Kerajaan Galuh. Tradisi ini digelar setahun sekali menjelang Bulan Ramadan, sudah dilaksanakan turun-temurun.

Melansir dari Situs Visit Ciamis, tradisi Ngikis memang kerap dilaksanakan olehvmasyarakat Desa Karangkamulyan di Ciamis menjelang Ramadhan. Ngikis sendiri memiliki filosofis yang cukup mendalam yakni membersihkan diri dari sifat kotor sebelum melaksanakan ibadah puasa.

Kegiatan Tradisi Ngikis yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1.800 an ini utamanya adalah mengganti pagar di Situs Pangcalikan, Objek Wisata Ciung Wanara Karangkamulyan, Ciamis.

Ngikis sendiri berasal dari bahasa Sunda yakni ‘Kikis’ atau berarti pager awi anu kerep (pagar bambu yang rapat). Secara harfiah, Ngikis memiliki
arti memagar. Dalam Tradisi Ngikis, memagar dianggap seperti memagar hati, sebagai simbol menyucikan diri, menjaga diri dari perbuatan tercela. Kegiatan ini bermakna agar saat melaksanakan ibadah puasa seseorang dalam kondisi bersih.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan potensi wisata Karangkamulyan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis, pada umumnya telah dilaksanakan dengan baik.

Hal ini ditunjukan dari tanggapan informan yang sebagian besar menyatakan telah dilaksanakan dengan baik. Namun, terdapat beberapa hambatan yang dihadapi berupa kurangnya anggaran, belum
adanya kerjasama, kurangnya penyuluhan, pelatihan dan pembinaan, minimnya pengalaman dan pendidikan, kurangnya daya dukung dari lingkungan masyarakat, kurangnya kesadaran, minimnya sosialisasi, tidak adanya sinergitas, minimnya tempat sampah dan kurangnya koordinasi antara masyarakat adat dengan pemerintah dan masyarakat.

Untuk itu upaya-upaya lanjutan terus dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis, diantaranya dengan mengajukan permohonan penambahan sejumlah anggaran, mengajak para pengusaha ekonomi kreatif untuk membuka usaha, bekerjasama dengan
dinas terkait, melakukan bimbingan dan pembinaan, menambah fasilitas, mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, membuat regulasi, penegakan aturan, menambah
sejumlah petugas kebersihan dan memfasilitasi komunitas-komunitas di masyarakat untuk menunjukan kreativitasnya dan mengikutsertakan komunitas adat dalam. kegiatan-kegiatan pengembangan Objek Wisata Karangkamulyan.

Bupati Ciamis, Dr. H. Herdiat Sunarya secara langsung telah meresmikan Pusat Budaya Karangkamulyan pada tanggal 9 September 2023, bersamaan dengan Peringatan Gong Perdamaian Ke-14, Launching Logo Priatim Geulis, serta Kirab Merah Putih di Situs Ciungwanara Karangkamulyan.

Dr. H. Herdiat Sunarya berharap dengan adanya Pusat Budaya di Karangkamulyan, bisa menjadi titik utama tujuan wisata. Selain itu juga, dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Harapan kami tentunya ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Terutama untuk kunjungan wisata, menjadi titik utama tujuan utama wisata,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu juga, Dr. H. Herdiat Sunarya, MM. mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, khususnya Gubernur Jawa Barat dimana
selama menjabat sebagai gubernur sangat fokus perhatiannya kepada Ciamis.

Hal tersebut terbukti dengan nilai bantuannya kepada Ciamis yang mencapai dua triliun rupiah. (Redaksi)

Bagikan dengan :
IMG-20240923-WA0094
IMG-20240923-WA0094
IMG-20240923-WA0094
IMG-20240923-WA0094
previous arrow
next arrow

Tinggalkan Balasan

error: Konten terlindungi. Anda tidak diizinkan untuk menyalin berita infopriangan